Selasa, 27 Mei 2008

Tarian Eksotik Mola Mola di Nusa Penida

Oleh Marthen Welly - The Nature Conservancy
Tidak lama lagi perairan di sekitar Nusa Penida akan dipenuhi oleh para penyelam dari manca negara. Hal ini bukan karena ada event besar tertentu di Nusa Penida, tetapi karena musim mola-mola telah tiba. Diperkirakan Mola-mola sudah dapat terlihat diperairan Nusa Penida pada bulan Juni mendatang. Bahkan minggu lalu sudah ada penyelam yang melihat keberadaan mola-mola di sekitar crystal bay.

Laut disekitar Nusa Penida memang dikenal memiliki keanekaragaman hayati laut yang sangat menarik. Itu sebabnya, setiap tahun, puluhan ribu penyelam datang dari penjuru dunia untuk menikmati keindahan bawah laut Nusa Penida. Disamping terumbu karang yang berwarna-warni dengan aneka jenis ikan karang, perairan Nusa Penida juga rumah bagi hewan laut langka seperti pari manta (manta ray), penyu (sea turtle), paus dan lumba-lumba (cetacean).

Namun diantara semuanya itu, ikan mola-mola (oceanic sunfish) merupakan hewan laut yang fenomenal dan menjadi icon bagi dunia bawah laut Nusa Penida. Bentuknya yang unik, besar di bagian kepala dengan mata jenaka dan dua sirip yang menjulang seperti tanpa ekor sangat menarik bagi para penyelam. Terlebih ketika mola-mola mendongakan kepalanya dan merentangkan kedua siripnya seperti layaknya sedang melakukan tarian penyambutan bagi para penyelam.

Mola-mola kerap muncul di perairan Nusa Penida sekitar bulan Juli-Nopember setiap tahunnya. Dua titik penyelaman favorit dimana mola-mola biasa dijumpai yaitu Blue Corner dan Crystal Bay. Sering mola-mola dijumpai bergerombol 2 sampai 8 ekor. Namun beberapa penyelam mengatakan bahwa mereka juga sesekali melihat mola-mola di titik penyelaman yang lain pada bulan Desember atau Januari.

Tidak banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap mola-mola sampai saat ini. Nama mola-mola sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Molidae, karena mola-mola termasuk kedalam keluarga (family) Molidae. Mola-mola ini berada pada ordo yang sama dengan ikan buntal (boxfish) yaitu tetraondoniformes.

Mola-mola dapat dijumpai pada perairan dengan kedalaman 30 – 150 meter, bahkan 500 meter. Mola-mola juga disebut oceanic sunfish karena mola-mola kerap dijumpai “berjemur”di lautan terbuka yang dangkal untuk mendapatkan panas matahari sebagai adaptasi suhu tubuh setelah berada lama di perairan dalam. Keberadaan dan distribusi mola-mola juga dikaitkan dengan keberadaan makanan (nutrient) pada musim-musim tertentu.

Sejauh ini ada tiga jenis mola-mola yang telah ditemukan yaitu Sharp-tailed mola (Masturus lanceolatus) yang memiliki ekor agak panjang dan pipih, Slender mola (Ranzania laevis) yang memiliki ekor dan bentuk tubuh seperti silinder dengan ukuran badan beberapa puluh centimeter saja, dan Rountailed mola (Mola-mola) yang memiliki ekor membulat. Jenis yang terakhir inilah yang dijumpai di Nusa Penida.

Walaupun sangat menarik dan merupakan aset penting pariwisata bahari, keberadaan mola-mola bukan tanpa ancaman. Sering didapati, secara tak sengaja mola-mola mati akibat terjerat pancing dan jaring (by catch). Jumlah penyelam yang terlalu banyak, dan kadang “memaksa” untuk mengambil gambar bersama mola-mola dengan jarak yang terlalu dekat juga mengusik keberadaan mola-mola. Bahkan beberapa mola-mola dijumpai mati akibat menelan plastik yang mereka kira ubur-ubur sebagai makanannya.

Jika ingin pariwisata bahari di Bali, khususnya Nusa Penida dapat terus dipertahankan, diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk mengatur pariwisata bahari di Nusa Penida sekaligus menjaga keberadaan mola-mola dan hewan laut lainnya.

Saat ini, The Nature Conservancy (TNC) bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Klungkung, masyarakat, pengusaha pariwisata dan mitra lainnya saat ini dalam proses awal membangun sebuah Kawasan Konservasi Laut (KKL) di Nusa Penida. Tujuan dari KKL ini adalah untuk melestarikan sumberdaya hayati laut Nusa Penida termasuk mola-mola. Pengaturan wisata bahari Nusa Penida melalui code of conduct akan merupakan bagian dari rencana pengelolaan (management plan) jangka panjang KKL Nusa Penida.Dengan KKL Nusa Penida, harapannya sumberdaya hayati laut termasuk mola-mola akan dapat terjaga dan pariwisata bahari dapat terus berkelanjutan yang merupakan salah satu sumber matapencaharian utama masyarakat Nusa Penida. Terlenih dari itu, para penyelam dari mancanegara dapat terus menikmati tarian eksotih mola-mola di perairan Nusa Penida.

source : http://netsains.com/2008/09/tarian-eksotik-mola-mola-di-nusa-penida/
source : http://www.indonesiareef.com/?show=blog&id=87

TNC to focus on Nusa Penida coral conservation

Irawaty Wardany , The Jakarta Post , Denpasar Wed, 01/30/2008 4:00 AM

The Indonesian chapter of the Nature Conservancy (TNC), a non-governmental environmental organization based in the U.S., has stated that the coral reef around Nusa Penida Island off Bali will be the focus of a new conservation program.

"Nusa Penida is part of the 75,000 square km of the coral triangle that lies in six countries: Indonesia, Philippine, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea and the Solomon Islands," country director of TNC Rili Djohani told a conference in Sanur on Monday. She said the coral in the area was threatened by illegal fishing activities that use poison or explosives to kill
the fish.

"Around 120 million people depend on the fishing sector for their lives, therefore we should preserve the coral (as the home of the fish) from devastation," she said. She added that the TNC was looking forward to establishing a close cooperation with the government, private sectors and the local people in carrying out preservation efforts. "I hope next month we can gather all the stakeholders to discuss what should be done to preserve the coral in the area," she said.
Rili added that as an archipelagic country, Indonesia had a strategic position in global sea conservation efforts.

Program manager of the TNC's Coral Triangle Center Abdul Halim said that the conservancy had worked with some partners including the local government and people, universities and non-governmental organizations, to build sea conservation areas in Indonesia. "So far we have made sea conservation areas in Komodo Island in East Nusa Tenggara, Derawan Island in East Kalimantan, Wakatobi in Southeast Sulawesi and Raja Ampat in West Papua," he said.

He added that they would start to establish conservation areas in three islands in Bali; Nusa Penida, Nusa Lembongan and Nusa Ceningan. The three islands have a combined coral reef area of 13.01 square km and a 2.5 square km of mangrove forest.

Saleh Purwanto from Bali's Maritime and Fisheries Agency said that there were seven spots in Bali that were prone to coral devastation, the areas around Nusa Penida, Sanur, Menjangan, Tulamben and four others in Karangasem Regency area. "Those seven spots should be the focus of our monitoring program," he said, adding that the coral destruction was also caused by irresponsible tourism activities.

The three islands have gradually been transformed into tourism resorts in the past ten years while Sanur, Menjangan and Tulamben have seen intensive tourist activities for decades.
Unfortunately, he said, the agency could not monitor those areas optimally due to a lack of human resources and funding. "Therefore we need the involvement of the local communities in monitoring the activities around the areas," he said.

Ida Kade Arga from the Maritime and Fisheries Agency of Klungkung, the regency that oversees the three islands, said that the agency was currently educating the locals of Nusa Penida on alternative livelihoods. "We have conducted trainings for the processing of seaweed and other sea resources. Our primary aim is teaching them that fishing is not the only available source of income " he said. He pointed out that most of fishermen who conducted illegal fishing in Nusa Penida were not local people. "Local people in Nusa Penida have a high level of awareness on coral preservation already," he said.

I Wayan Suarbawa, one of the Nusa Lembongan's community leaders said that people in the island already knew the importance of protecting and preserving the coral reefs. "We realize that by preserving the coral reefs we will also preserve our asset of maritime tourism, which has become the main attraction of this island," he said.

source : thejakartapost.com